KABARBLORA.ID – Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) sempat memukul perekonomian peternak di Kabupaten Blora. Kini kasusnya sudah nol, tapi pemerintah daerah tetap waspada.
Kepala Dinas Pangan, Pertanian, Peternakan, dan Perikanan (DP4) Blora, Ngaliman, mengatakan, penyebaran virus PMK sangat cepat sehingga sempat membuat pasar hewan ditutup sementara.
“Serangan virus PMK ini sangat cepat sekali menyebarnya. Sehingga, kita dulu terpaksa menutup pasar hewan untuk mencegahnya agar tidak lebih meluas atau lebih banyak lagi hewan ternak yang terjangkit virus PMK. Setelah satu bulan tidak ada laporan kasus PMK, pasar hewan kita buka lagi,” jelas Ngaliman dalam acara sosialisasi penanggulangan PMK di Pendopo Kecamatan Randublatung, Selasa (7/10/2025).
Ngaliman, yang akrab disapa Pak Alim, menjelaskan bahwa sebagian besar masyarakat Blora menggantungkan hidup dari sektor pertanian dan peternakan. “Adanya kasus PMK ini membuat peternak merugi karena harga jual hewan ternak turun,” katanya.
Untuk mencegah agar kasus serupa tak terulang, DP4 Blora telah menyiapkan tenaga kesehatan hewan yang berkompeten.
“Kita mempersiapkan tenaga kesehatan hewan yang terbaik, yang sudah mengikuti pelatihan-pelatihan di mana-mana. Petugas kita juga sudah melakukan inseminator di berbagai wilayah, untuk akseptor kita termasuk tertinggi, yaitu lebih dari 10 ribu, sehingga diharapkan peternakan di Blora tetap nomor satu di Jawa Tengah,” jelasnya.
Ia juga menjabarkan gejala klinis PMK pada hewan ternak, seperti demam tinggi 39–41 derajat Celcius, hipersalivasi atau air liur berlebihan, lepuh pada mulut dan lidah, hingga luka di kaki yang menyebabkan kuku terlepas. Penyakit ini bisa menular lewat kontak langsung antarhewan, maupun tidak langsung melalui droplet, peralatan kandang, bahkan angin.
Jika muncul gejala, langkah pertama adalah memisahkan hewan yang sakit dan sehat. Kandang juga harus disemprot disinfektan secara rutin.
“Desinfeksi kandang atau semprot kandang menggunakan air campur desinfektan berupa cairan pemutih (sodium hipoklorid) atau pembersih lantai (benzalkonium klorida) atau citrun dengan rincian minimal 2x sehari jika ada kasus PMK, minimal 1x sehari jika dekat kandang kasus PMK, minimal 2 hari sekali di wilayah kasus PMK, minimal 1 Minggu sekali jika belum kasus ada,” urainya.
Ngaliman mengingatkan peternak agar tidak panik saat menghadapi kasus PMK.
“Upayakan agar hewan sakit tetap makan, meskipun nafsu makannya menurun. Jangan panik, jangan jual ternak yang sakit, PMK bisa sembuh dengan penanganan yang tepat, segera lapor pada petugas kesehatan hewan DP4,” terangnya.
Ia menambahkan, pencegahan bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang, tidak memberi sisa pakan dari hewan sakit ke yang sehat, dan melakukan vaksinasi rutin.
“Untuk saat ini zero PMK. Meski demikian, upaya-upaya pencegahan ini agar dimaksimalkan, ini merupakan langkah preventif untuk penyakit PMK pada ternak sapi dan lainnya,” tandasnya.
Sosialisasi penanggulangan PMK tersebut diikuti oleh para kepala desa, perangkat kelurahan, dan jajaran Forkopimcam Randublatung.