Menu

Mode Gelap

Pemerintahan

Menteri PPPA Sesalkan Siswa SMK Tewas Saat Demo DPR

badge-check


					Menteri PPPA Sesalkan Siswa SMK Tewas Saat Demo DPR Perbesar

KABARBLORA.ID – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi mendatangi rumah duka Andika Lutfi Fala (16), siswa SMK yang meninggal usai mengikuti demonstrasi di depan Gedung DPR RI.

Kunjungan itu dilakukan di kediaman keluarga korban di Kabupaten Tangerang, Rabu (3/9).

Arifah menyebut kedatangannya sebagai bentuk empati sekaligus penegasan komitmen negara dalam melindungi anak-anak.

“Kami jajaran Kemen PPPA menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya Andika Lutfi Fala, seorang anak bangsa dalam peristiwa demonstrasi di Jakarta pada 28 Agustus lalu. Peristiwa ini menjadi pengingat bagi kita bersama untuk meningkatkan pengawasan keluarga, termasuk meningkatkan komunikasi antara orang tua dengan anak-anaknya,” kata Arifah di lokasi.

Negara Akui Kekurangan

Dalam kesempatan itu, Arifah menyampaikan penghargaan atas keputusan keluarga yang tidak membawa kasus ini ke ranah hukum. Namun, ia menegaskan peristiwa tersebut harus jadi refleksi bersama.

“Kami memohon maaf atas kekurangan Negara dalam melindungi anak, yang berujung pada hilangnya satu nyawa berharga anak kita. Seluruh anak Indonesia adalah anak kita bersama, mari saling bergandeng tangan dan bahu membahu agar kejadian ini tidak terulang kembali. Kami meminta agar pihak kepolisian mengedepankan pendekatan yang manusiawi dan memperhatikan keberadaan kelompok rentan, termasuk anak-anak dalam situasi kerumunan atau demonstrasi,” ujarnya.

Arifah juga menekankan pentingnya peran keluarga untuk meningkatkan perlindungan terhadap anak. Ia mengingatkan bahwa pencegahan harus dimulai dari rumah.

Edukasi Anak soal Demonstrasi

Menurut Arifah, pihaknya sudah berkoordinasi dengan berbagai organisasi perempuan untuk mengingatkan orang tua agar menjaga anak-anak di tengah situasi rawan.

“Begitu kami melihat demonstrasi yang besar dan kami melihat banyak anak yang terlibat di situ, kami berkoordinasi dengan berbagai organisasi perempuan agar menjaga anak-anaknya, menjaga keluarganya untuk tidak keluar rumah dalam waktu tertentu sampai kondisi menjadi lebih baik. Selain itu, sebagai upaya pencegahan eksploitasi anak dalam demonstrasi, melalui organisasi perempuan kami juga memberikan pemahaman kepada para orang tua untuk mengedukasi anak-anaknya bahwa mereka memiliki hak bersuara, tapi harus mengikuti aturan supaya aman dan tidak merugikan orang lain,” jelasnya.

Ia pun mengajak anak-anak Indonesia untuk tetap menyampaikan aspirasi dengan cara yang positif.

“Setiap anak memiliki hak atas partisipasi, mengemukakan pendapat, dan menyampaikan aspirasi dengan aman dan nyaman. Oleh karena itu, kami berharap anak-anak Indonesia tetap dapat menyuarakan pendapatnya tanpa mengancam keselamatannya,” tambahnya.

Data Anak Terlibat Demo

Kemen PPPA mencatat ratusan anak ikut dalam gelombang aksi di berbagai kota. Pada 25 Agustus 2025, ada 105 anak terlibat aksi di Jakarta. Dua hari kemudian, 28 Agustus, tercatat 1 anak ikut aksi di Makassar, 39 di Bali, serta sekitar 110 di Jakarta.

Sedangkan pada 29 Agustus, ada 23 anak ikut aksi di Semarang, 25 di Yogyakarta, dan 56 di Surabaya. Beberapa daerah lain seperti Solo, Kediri, Cirebon, Bandung, NTB, dan Palembang juga dilaporkan melibatkan anak, meski datanya belum teridentifikasi.

“Kemen PPPA telah berkomunikasi dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) di masing-masing wilayah untuk memastikan pendampingan sesuai kebutuhan bagi anak-anak yang terlibat dalam aksi demonstrasi,” ujar Arifah.

Ia menambahkan, pemerintah juga membuka saluran pengaduan Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129 melalui call center 129 atau WhatsApp 08111-129-129 bagi masyarakat yang melihat atau mengalami kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Kisah Andika

Andika Lutfi Fala tercatat sebagai satu-satunya korban meninggal dunia yang masih berusia anak dalam gelombang aksi tersebut. Ia mengembuskan napas terakhir setelah dirawat di RSAL Dr. Mintohardjo akibat luka berat di kepala karena benturan benda tumpul.

Menurut keterangan, Andika diajak temannya ikut aksi tanpa sepengetahuan keluarga maupun pihak sekolah. Kondisi makin sulit karena Andika tidak membawa ponsel dan kartu identitas, yang sebelumnya hilang saat mendaki gunung.

Ayahnya, Abdul Gofur, mengaku ikhlas meski berat melepas kepergian sang putra.

“Mungkin sudah takdirnya. Kami tidak menyalahkan siapapun dan tidak menuntut apapun, yang penting dia tenang di sana. Kalau dibilang sedih, sedih banget. Kenang-kenangan sama dia itu terbayang semua. Saya kalau masuk kamarnya tidak sanggup, terbayang semua. Saya sayang mungkin Allah lebih sayang,” tuturnya.

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending di Pemerintahan